Juma’t (2007) sekitar pukul 11.00 wib bel panjang terbunyi pertanda pelajaran sudah selesai, gerbang sekolah di jaga oleh guru piket agar siswa/i tidak boleh pulang, selain laki-laki muslim di perbolehkan pulang untuk sholat jum’at. Aku bertanya kepada guru “kenapa kami tidak di bolehkan pulang bu?? Itu mereka (sambil menunjuk ke arah laki2) di perbolehkan pulang.
Dengan senyum ibu itu menjawab “ mereka mau sholat jum’at, apa ananda mau sholat jum’at juga?” Gak bu, jawabku agak kesal..
tiba tiba 2 orang guru datang ke arah kami yang ramai di depan gerbang sekolah, mau pulang tapi di tahan guru piket, ” yang merasa dirinya muslimah kemari kata seorang guru yang memakai jilbab, kami pun di bimbing masuk kelas sambil berkata” kalian ROHIS dulu” sampai di kelas ibu guru tadi menyerahkan kami dengan seorang kakak yang memakai jilbab besar. Kakak itu menyambut kami dengan ramah, sambil mengucapkan salam memperkenalkan namanya.
Subahanallah, pertemuan yang luar biasa.
setiap mengikuti mentoring , aku melihat kakak mentor memakai gamis dan kerudung besar, sambil berkata di dalam hatinya “ aku ingin seperti kakak ini. Entah kenapa hatiku selalu tentram melihat cara berpakaiannya.
semenjak aktif Mentoring, aku mulai merubah cara perpakaian. aku kagum dengan seorang akhwat kakak pementorku.Apalagi ketika mendengar tausiah yang di sampaikan oleh beliau masalah “istiqomah” ada satu kalimat yang membuat terinspirasi “perubahan sikap dan tingkah laku untuk menjadi yang lebih baik itu harus kita mulai dari sekarang, sebab kita tidak tahu kapan ajal menjemput kita, tahu kah kalian adik2ku “ Hidup itu pilihan, mau jadi orang baik atau jahat itu pilihan hidup yang harus kita ambil”..
awal yang pertama kali kurubah dari pakaian adalah jilbab, aku mulai melebarkan jilbab yang ku gunakan walaupun baju yang ku gunakan masih kaos panjang dan celana keper. mama heran melihatku tiba- tiba berubah melebarkan jilbab hingga menutup dada..
tapi mama tidak berkometar, selama masih baik menurutnya tidak ada masalah.
walaupun jilbabku sudah lebar tapi tetap saja tidak bisa langsung merubah diriku menjadi Muslimah yang sesungguhnya.. sifat tomboy yang aku miliki tidak bisa hilang begitu saja…
Rok sekolah yang kugunakan sudah beberapa kali robek dan dijahit mama,,
awalnya kelihatan aneh, aku merasa ini bukan diriku tapi demi istiqomah aku harus memilih jalan hidupku..
Kelas 2 SMK semester 3 tiba saatnya pergantian pengurus Rohis, aku dan 5 temanku terpilih menjadi pengurus Rohis, aku di angkat menjadi kordinator kaderisasi di akhwat. selain di ROHIS, aku juga punya amanah di OSIS, aku mendapat amanah menjadi ketua departemen seni dan budaya, sebagai Korwat kaderisasi tugasku mendata setiap orang yang ikut mentoring,, amanah yang berat, karena di sekolahku ada 4 jurusan dan ada 18 kelas, tugasku mendata bagian akhwat yang ikut mentoring setiap jum’at hadir atau tidak, guru agamaku, memberikan aku masukan untuk absensi Rohis
mentoring ini di tekankan dan wajib bagi siswa/i muslim. bahkan setiap siswi yang beragama islam di wajibkan memakai jilbab di sekolah.
karena itu adalah pakaian surga yang menjaga dan menghormati diriku..